Fetching data...

Saturday, 19 December 2020

Kuat dan Amanah


Satu ketika Ibnu Taimiyah berkunjung ke wilayah kekuasaan Gubernur Qais al-Manshuri di Ghuzzah. Dalam kunjungannya itu, Ibnu Taimiyah  diminta oleh gubernur Qais al-Manshuri untuk memberikan nasihat terkait bagaimana seharusnya seorang pemimpin mengurusi rakyatnya. Ibnu Taimiyah kemudian menuliskan nasihat-nasihatnya dengan judul "as-Siyasah asy-Syar'iyyah fil lshlahir Ra'i war Ra'iyyah" atau yang hari ini familiar kita kenal dengan kitab As-Siyasah Asy-Syar'iyyah (Fikih Politik).

Dari sekian nasihat yang ditulisnya hanya dalam semalam untuk gubernur Qais, ada satu nasihat yang cukup menarik. Ibnu Taimiyah mengatakan, bahwa seorang pemimpin atau orang yang diberikan tanggungjawab memegang suatu jabatan, sebaiknya adalah orang yang kuat (memiliki kemampuan) dan amanah.

Namun jika tidak ada orang yang memiliki dua syarat tadi (kuat dan amanah) sekaligus, melainkan hanya cenderung pada salah satu dari dua syarat tadi, maka hendaknya yang dipilih adalah dia yang kuat (memiliki kemampuan). Sebab jika hanya amanah atau hanya shalih, baik budi pekertinya, jujur, 'alim, namun tidak kuat, tidak punya kemampuan memimpin, dia tidak akan sanggup memberikan kemaslahatan yang luas kepada rakyat kecuali hanya untuk dirinya sendiri. Orang seperti ini ketika terpaksa harus memimpin, maka dia hanya punya wujud tapi tidak hadir dalam menyelesaikan setiap masalah rakyatnya, sehingga dia tidak eksis dalam hati dan pikiran rakyatnya.

Sedangkan orang yang kuat  adalah dia yang mengerti tentang tugas dan fungsinya serta sanggup menjalankannya, sehingga mendatangkan maslahat untuk rakyatnya, sebab dia punya kemampuan memimpin.

Kemampuan memimpin itu tentu karena dia telah ditempa sehingga memiliki pribadi dan karakter yang kuat, selain itu dia juga memahami betul rakyat dan wilayah kekuasaannya, sehingga dia punya konsepsi tentang rakyatnya. Dia tahu bagaimana menahkodai bahtera kekuasaannya agar rakyatnya selamat.

Dia tidak takut sendirian dan berbeda demi rakyatnya, sebab dia sadar bahwa keterasingan adalah biasa dalam perjuangan kebenaran. Dia berani bersikap, punya pendirian dan pilihan, yang kesemua itu dipegangnya dengan kokoh.

Dia tidak sibuk bangun koalisi tapi lupa memberi solusi, apalagi membangun dinasti untuk memperkaya diri dan keluarganya sendiri. Dia juga tidak sibuk mengumpulkan "ghanimah" untuk masa setelah pensiunnya.

Dia tidak menjadikan "merakyat" sebagai kedok untuk menutupi keculasannya, termasuk citra "sederhana" untuk mengelabui rakyat dari ketamakannya.

Dia tidak sibuk menyalahkan untuk mengelak dari ketidak becusannya, atau mengobarkan isu lain untuk memalingkan perhatian rakyat dari kebobrokannya.

Dia tidak menjawab kritik dengan membungkam, atau menuntut orang lain memberi solusi dari pada menyangsikan kebijakan, padahal dia lah pemimpin yang dahulu mengumbar janji. Dia juga tidak berceramah tentang lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan, lalu melarang rakyat bertanya mengapa dia menyeret mereka dalam gelap gulita.

Dia tidak berteriak tentang persatuan padahal dia justeru memicu dan menumbuh suburkan keterbelahan. Dia tidak menjadi bagian dari kubu, tapi dia hadir mendamaikan kubu-kubu.

Dia tidak membuat kezalimannya tampak benar dengan menciptakan berbagai aturan untuk melegitimasinya. Aturan-aturan itu sendiri didorongnya agar mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negaranya, bukan untuk memuaskan syahwat diri dan kroni-kroninya, serta asing dan aseng.

Dia tidak berdalih sibuk bekerja lalu irit bicara, kemudian membiarkan rakyat riuh dalam spekulasi dan maki. Dia hadir dalam kehidupan rakyatnya, dia tidak hanya hebat dalam bekerja, dia juga mampu berbicara untuk membangun rasa percaya diri rakyatnya, memberikan semangat rakyatnya, mendamaikan rakyatnya dan membangun rasa optimis dalam diri rakyatnya... Serta yang terpenting: antara hati, pikiran, ucapan, permasalahan rakyat dan kebijakannya tidak saling berseteru!

....

Di usianya yang jauh dari kata muda ini, Indonesia masih saja terus menunggu sosok yang kuat lagi amanah itu. Semoga kelak Indonesia punya pemimpin yg kuat dan amanah, atau minimal kuat (punya kemampuan) saja.  Karena dengan begitu barulah janji-janji kemerdekaan akan segera dituntaskan. Agar sila-sila dalam Pancasila tidak menjadi sila paling sial, sebab hanya sekedar kumpulan kata-kata yang jauh dari fakta.

Semoga!

Load comments

Ads 970x90