Fetching data...

Wednesday, 15 April 2020

Guru, Kesejahteraan dan expired knowledge

Pasca bom atom yang membuat Jepang kalah perang itu,  Kaisar Hirohito justeru merisaukan keberadaan guru, bukan seberapa bnyak pasukan perang yang tersisa. Dia tahu Jepang memang jago soal strategi perang, tapi tidak lebih jago dalam membuat senjata sedahsyat bom atom.

Saat itu dia sadar, Jepang harus banyak belajar lagi agar mampu mengejar ketertinggalan, sang Kaisar akhirnya memutuskan menjadikan Guru tumpuan Jepang saat itu, bukan lagi pasukan perang. Mungkin ini yang membuat Jepang saat ini menjadi salah satu negara yang membayar mahal profesi Guru.

Saya ingin katakan, bahwa Guru punya peran yang sangat vital bagi sebuah negara. Kegagalan mengorganisir dan membuat regulasi yang mendukung kualitas serta menjamin kesejahteraan guru, bisa-bisa menjadi malapetaka bagi negara itu sendiri.

Dalam Islam Guru mendapatkan tempat yang sangat istimewa. Rasulullah bahkan membolehkan "dengki" atau hasad kepada dua sosok, satu di antaranya adalah Guru. "Laa hasada illa fistnataini rajulun aatahullahu hikmatan fahuwa yaqdhi biha wa yu'allimuhaa..." Dengki yang dimaksud memang bukan dalam arti sesungguhnya, tetapi sebentuk rasa cemburu untuk ingin menjadi orang yang mendapatkan ilmu, yang dengan ilmu itu digunakan untuk memecahkan masalah, serta  diajarkannya ilmu itu kepada orang lain, sebagaimana sosok seorang Guru.

Saking pentingnya Guru, meminta petunjuk pada Guru menjadi syarat menuntut ilmu dalam Islam, sebagaimana kata Imam Syafi'i:

Lan Tanalul Ilma illa bisittatin saunbika ‘anmajmu’ihabibayani dzakain, wahirsin, washtibarin, wabulghotin, wa irsyadi ustadzi wa thulu zaman.

Maka miris melihat ada guru yang kurang mendapat perhatian dari Negara. Mereka terseok soal kesejahteraan padahal mereka harus pula mendidik anak-anak Indonesia.

Bukankah sangat menyedihkan, di negara yang demikian kaya dan menjujung budaya sopan santun yang sangat baik ini, masih ada Guru yang pagi hingga malamnya, justeru merisaukan isi dapurnya daripada menambah informasi dan memikirkan strategi mendidik murid-muridnya esok hari?

Dan bukankah petaka, jika saban hari murid-murid masih disuguhi "expired knowledge" karena Guru tidak mengupgrade informasi dan pengetahuannya hanya karena masih disibukkan dengan bagaimana agar besok asap dapurnya bisa mengepul?

Load comments

Ads 970x90