Fetching data...

Thursday, 16 April 2020

Belajar Sepanjang Hidup

Benarlah Sabda Rasulullah, bahwa belajar tidak pernah mengenal waktu, hidup haruslah belajar, sebab kehidupan sendiri adalah pembelajaran. tidak ada alasan berhenti belajar, kecuali kematian. Bahkan salah satu syarat menuntut ilmu adalah “tuluz zamanin”; butuh banyak waktu untuk belajar. Setelah berguru, kita perlu berguru lagi, setelah membaca, kita perlu membaca lagi, setelah berlatih, kita perlu berlatih lagi, begitu seterusnya hingga ajal yang menghentikannya.

Pun kepada siapa kita belajar, tidak pernah ada batasan soal itu. Imam syafi’i dengan berbesar hati mau belajar kepada seorang Yahudi, yang jelas sangat jauh derajat keilmuannya dari Imam Syafi’i. Tapi tetap nama si Yahudi itu dikenangnya sebagai gurunya, padahal tau apa yang Imam Syafi’i pelajari dari si Yahudi? ya, hanya tentang bagaimana tanda balighnya seekor anjing.

Rupanya memang kita tidak pernah tahu dari mana ilmu itu datang, kita tidak pernah tahu dari mana hikmah itu muncul, kita tidak pernah tahu dari mana inspirasi dapat kita peroleh. Sebab semua bisa datang dari mana saja, maka benar petuah Ali Karomallahu wajhah; unzur ‘ala ma qala wa laa tanzur ‘ala man qaala. Tidak ada batasan kepada siapa kita belajar, selagi itu tentang kebenaran.

Al-Kindi juga pernah berkata: “Kami seharusnya tidak malu menghargai kebenaran dan memperolehnya dari mana pun asalnya, bahkan jika itu berasal dari ras yang jauh dan bangsa yang berbeda dari kita.” Betapa luar biasa ulama-ulama dahulu dalam keikhlasan dan kebesaran hati mereka ketika belajar; tidak pernah kenal waktu, tidak pernah pula kenal tempat untuk memetik ilmu dan kebenaran.

Lantas kita, baru belajar sebentar sudah merasa puas, baru belajar sedikit sudah merasa mengerti semuanya, sampai-sampai merasa tidak semua orang boleh memberikan pelajaran kepada kita. Padahal menjadi orang yang berilmu tidak seangkuh itu.

Ditulis pada 16 Februari 2017 di Yogyakarta

Load comments

Ads 970x90