Maka jangan lagi menaruh curiga pada Islam!. Berhentilah menuduh yang bukan-bukan. Islam memang mayoritas di negara ini, tapi hingga detik ini, pernahkah di Indonesia, anda melihat Islam bersikap sewenang-wenang? menindas? menolak keberadaan yang minoritas?. Pernahkah mayoritas Islam Indonesia bersikap seperti mayoritas agama lain di berbagai negara yang bersikap intoleran dan bengis terhadap minoritas Islam?, pernahkah Indonesia –yang mayoritas Islam- berbuat seperti Bosnia, Azerbaijan, India, Thailand, Filipina, Miyanmar, Afrika Tengah?. Pernahkah?.
Maka jangan lagi menaruh curiga pada Islam!. Islam punya sejarah panjang yang baik soal hidup bernegara yang kondisi masyarakatnya majemuk, maka tak perlu ragukan kedewasaan Islam dalam hidup bermasayarakat. Coba lihat sejarah Islam, ketika Nabi Muhammad membangun negara madinah, dibuat sebuah piagam madinah (Mithaq Madinah) yang sangat jenius kala itu, suatu aturan hidup bernegara paling apik yang belum pernah ada sebelumnya. Bahkan Magna Carta baru ada nyaris setelah 6 abad dibuatnya Mithaq Madinah, dan hampir 12 abad mendahului Konstitusi Amerika -yang oleh orang Barat konstitusi ini disebut; “dokumen penting dari barat”.
Maka jangan lagi menaruh curiga pada Islam!. Lihat ketika Umar bin Khattab menaklukkan al-Quds (Yerusalem); sebuah sejarah besar tentang penaklukan yang amat luar biasa, tak ada setetes darah pun yang jatuh. Setelah penaklukan itu dibuatlah piagam Aelia oleh Umar, dan dari aturan dalam piagam ini menjadikan babak baru kehidupan bermasyarakat yang damai; sebuah suasana yang belum pernah dirasakan masyarakat Yerusalem sepanjang sejarahnya yang sering tragis itu. Tapi lihat, siapa yang berlaku menindas, menzalimi, intoleran dan buas?. Ketika pasukan salib menyerang dan menaklukan yerusalem, 30.000 penduduknya dibantai tiada ampun, tatanan kehidupan nan damai yang pernah dibangun Umar bin Khattab dan para khalifah Islam hancur berkeping-keping.
Maka jangan lagi menaruh curiga pada Islam!. Lihatlah Spanyol, ketika dibebaskan oleh Panglima Thariq Bin Ziyad, sama seperti Yerusalem ketika Umar membebaskannya. Spanyol menjadi bagian dari wilayah Islam yang makmur dengan kehidupan bermasyarakat yang harmonis di bawah kekuasaan Islam. Tapi, siapakah yang kemudian merusak semuanya? Apakah Islam?, yang merusaknya adalah dua sejoli yang mendapat gelar “The Catholic Kings” itu; Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Puluhan ribu orang menjadi korban ketika dua manusia ini merebut Granada – Andalusia (Spanyol). Hanya ada tiga pilihan yang mereka paksakan bagi penduduk Spanyol ketika itu: masuk kristen, keluar dari spanyol, atau jika tidak keduanya maka harus meregang nyawa di tangan pasukan Kristen. Kehidupan bermasyarakat pun hancur berkeping, tidak ada lagi kata toleran apalagi harmonis. Maka siapa yang punya sejarah kelam soal bermasyarakat? Soal toleransi? Soal kemanusiaan?.
Apalagi Bhineka Tunggal Ika, tidak perlu ajari Islam soal keBhinekaan, soal persatuan, soal hidup berdampingan dalam perbedaan. Islam punya reputasi yang baik soal itu!. Coba renungkan, yang merasa paling Bhineka Tunggal Ika, coba liat sejarah siapa yang punya cerita buruk soal toleransi, soal hidup berdampingan, soal saling menghargai, soal saling merangkul. Maka masih pantas meragukan Islam?.