Fetching data...

Thursday, 12 January 2017

Ini Tentang Cinta


Dia seorang anshar, Sa’ad bin Mu’adz namanya. Dengan mantap dia angkat bicara, -ketika sahabat yang lain telah mengutarakan sikap mereka di hadapan Rasulullah, namun nampaknya Rasulullah belum puas dengan pernyataan sikap sahabat-sahabatnya itu- begini katanya, “Kami telah beriman kepada anda, dan kami pun membenarkan kepada kenabian dan kerasulan anda.

Kami juga telah menjadi saksi bahwa apa yang telah anda bawa adalah benar. Atas dasar itu, kami menyatakan janji dan kepercayaan kami untuk senantiasa taat dan setia kepada anda. Jalankan apa yang anda kehendaki. Kami tetap bersama anda. Demi Allah, seandainya anda menghadapi lautan dan anda terjun ke dalamnya, kami pasti terjun bersama anda...”. Dengan kesungguhan sikap ini, semakin mantaplah Rasulullah untuk berperang, Muhajirin dan Anshar sudah kompak dan komit bersama Nabi.

Ini adalah pernyataan sikap yang luar biasa, padahal dia bisa saja -sebagai perwakilan Anshar- meminta Rasulullah mundur, kembali ke Madinah, dari pada berperang dengan jumlah pasukan yang tidak seimbang. Bayangkan saja, jumlah pasukan Islam hanya 314 orang, dan sebenarnya pasukan itu dipersiapkan untuk menghadang kafilah Abu Sufyan bin Harb, tetapi kenyataannya mereka justeru dihadapkan pada kenyataan bahwa Quraisy Makkah telah bersiaga dan bergerak keluar dari Makkah untuk bikin perhitungan dengan Rasulullah dan pengikutnya, jumlah pasukannya pun fantastik, tiga kali lipat jumlah pasukan Islam. Perang badar pecah, dengan jumlah dua pasukan yang tidak seimbang.

Dapatkah akal menalar keputusan sahabat Nabi itu? Tentu saja tidak. Apalagi dengan logika untung rugi, sudah pasti, sejak awal bisa diduga bahwa, berperang dengan kondisi yang demikian, keuntungan tidak mungkin memihak pada kubu kaum muslimin. Lalu tentang apakah sikap itu diambil dengan gagahnya?, iya kawan, tidak lain, ini tentang Cinta, cinta yang sebenar-benar cinta.

Load comments

Ads 970x90