Malam ini saya berhasil menonton sebuah film hingga tuntas, suatu perbuatan yang sangat jarang sekali saya lakukan. Entahlah, saya juga heran... disaat orang lain sudah menamatkan menonton banyak film, saya bahkan satu film saja belum tentu dapat saya tamatkan walau dalam waktu satu bulan.
Yaa mungkin saya adalah orang yang kurang tertarik menonton film... Baiklah lupakan itu.
Malam ini saya menamatkan sebuah Film yang dibintangi oleh Jack Nicholson, yang berperan sebagai Edward. Seorang kaya yang memiliki reputasi rumah tangga yang buruk. Dan Morgan Freeman, yang berperan seabagai Carter. Seorang Kulit hitam yang berprofesi sebagai mekanik dan mempunyai reputasi rumah tangga yang baik dan seorang yang taat dalam masalah agama/kepercayaan, berbeda dengan Edward yang tidak percaya pada kepercayaan apapun. Baik, saya tidak akan berpanjang di masalah itu. Oh iya, Film ini berjudul "The Bucket List", yang berarti "Daftar keranjang", sebuah istilah yang dalam film ini oleh Carter dikatakan bahwa itu adalah ajaran dosennya pada mata kuliah filsafat di tahun pertamanya. Sebuah ajaran untuk melatih agar berfikir maju, yaitu dengan mencatatkan dalam daftar hal-hal yang ingin untuk dilakukan.
Ada banyak hal menarik dalam film ini, namun saya hanya akan memfokuskan pada satu hal saja, iya satu saja. Sebuah pesan yang cukup menjadi motivasi bagi diri saya pribadi dan tentu bagi siapa pun. Yaitu buatlah target dan menyelesaikan target itu.
Edward dan Carter adalah dua orang yang awalnya masing-masing merasa satu sama lain sebagai orang asing. Namun dalam perjalanannya, ketika mereka ternyata kebetulan sebagai pasien yang sama-sama menderita kanker dan dirawat pada kamar yang sama, membuat mereka akhirnya menjadi akrab, walau pada awal pertemuan mereka di kamar itu sempat tidak menunjukkan ada tanda-tanda keakuran, terlebih sikap Edward yang acuh tak acuh itu. Yaa, Edward dan Carter adalah sama-sama sebagai penderita kanker yang juga sama-sama sudah lumayan parah.
Mereka berdua telah divonis dokter, bahwa mereka hanya bisa bertahan hidup selama 6 bulan kedepan atau paling lambat satu tahun saja. Padahal sebelum itu, Carter telah menuliskan "The Bucket List-nya", sementara ketika itu Edward telah lebih dahulu terpukul dengan vonis dokter yang menyakitkan itu. Lalu kemudian "The Bucket list" itu dibuang oleh carter karena ternyata hasil testnya menunjukkan hasil yang buruk, bahwa nasibnya sama seperti Edwar. Usia mereka hanya tinggal hitungan bulan saja.
Dalam keadaan seperti itu, akhirnya Edward mengajak Carter untuk berani membuat target sekali lagi sebelum mereka benar-benar selesai menjalani hidup di dunia. Ide ini muncul ketika Edward menemukan selembar kertas berisi "The Bucket List" yang dibuang oleh Carter di lantai. Edward merombak beberapa targetan Carter di kertas itu lalu membuat targetan-targetan baru untuk dia dan Carter. Mereka akhirnya sepakat untuk menyelesaikan target itu dengan bahagia daripada harus tidur berbaring di rumah sakit sambil menunggu keajaiban-keajaiban hasil eksperimen sains para dokter dan atau menjalani hari-hari dengan kesuraman menanti masa enam bulan atau paling lambat satu tahun itu tiba.
Tidak ada rasa takut dan khawatir akan sisa waktu yang mereka miliki, bagi mereka mengisi sisa hidup yang masih ada adalah dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan tanpa harus merasa mereka adalah orang paling menderita apalagi sampai memilih meratapi kenyataan yang mereka hadapi.
Menarik sekali, sebuah kisah yang bisa menjadi pelajaran untuk kita. Islam mengajarkan agar kita tidak perlu meratapi kehidupan kita, tugas kita adalah menjalaninya dengan sabar dan syukur, lakukan dengan sebaik mungkin segala aktifitas hidup kita. Tidak perlu khawatir pada ajal yang sudah pasti datang, kita cukup berbuat amal kebaikan sebanyak-banyaknya untuk menyambutnya. Iya menyambutnya dengan gembira, bukan lari darinya. Sebab itu tidak ada gunanya. Berani bermimpi pada keadaan apapun dan berani membuktikan mimpi itu betapapun beratnya. Tapi memang, tidak semua target yang kita tulis, akan terus ada dan kita mati-matian untuk menyelesaikannya, sebab pada perjalanannya ada targetan yang memang lebih layak untuk dihapus dari pada dilanjutkan, sebab sekali lagi tugas kita adalah menuliskan dan berusaha mewujudkan, dan lagi-lagi Allah yang memutuskannya. Bahkan, dalam perjalanannya, justru kita butuh untuk menuliskan target-target baru untuk melengkapi deretan target-target yang sudah ada.
Kita memang tidak tahu kapan ajal akan datang menjemput, kita pun tidak tahu apakah diusia muda ajal kita akan datang atau ketika usia tua. Maka tugas kita adalah menyambutnya dengan membuat targetan-targetan dan berusaha mewujudkan targetan-targetan itu. Berani bermimpi di Usia muda dan juga ketika di usia tua.