"Pulang kampung" adalah hal yang begitu dirindukan oleh sementara para pengembara lokal maupun lintas negara... "pulang kampung" menjadi tradisi yang amat seing terjadi ketika momentum puasa atau lebaran, dan jika kita melihat di televisi, maka ada ribuan atau mungkin jutaan orang yang melakukan aksi pulang kampung atau bahasa kerennya "mudik" ketika bulan ramadhan atau beberapa hari menjelang lebaran bahkan beberapa hari pasca lebaran.
Karena mudik adalah hal begitu dirindukan oleh para pengembara atau enaknya saya sebut perantau, maka kita mungkin bisa membayangkan betapa besar rasa kebahagiaan itu pada setiap mereka yang hendak pulang kampung, yang membuat kaki bahkan seluruh anggota tubuhnya "gatel" untuk cepat-cepat sampai ke tempat tujuan: kampung halaman. Mudik adalah obat penawar rindu dan bahkan oleh sebagian para perantau, "mudik" atau "pulang kampung" ini adalah sebagai tanda berakhirnya "masa bakti" di perantauan dan sebagai bentuk awal kehidupan yang baru untuk "menikmati" hasil selama merantau. Sehingga bagi mereka yang belum mudik-mudik juga, bisa jadi sebabnya adalah karena mereka belum menemukan apa yang bisa mereka bawa mudik untuk dinikmati setelah menjadi "pensiunan" perantau... hehe. Atau bisa jadi juga mereka yang tidak mudik-mudik itu karena mereka sudah mendapat dunia baru, yang membuat mereka enggan atau mungkin tak punya waktu untuk mudik.... ahh entahlah, saya tidak hendak membahas masalah itu disini -_-.
Ketika keinginan untuk mudik tak juga kesampaian, maka alamat rasa rindu akan menjadi awan mendung yang menyesakkan dada setiap para perantau... awan mendung itu akan menjadi teramat pekat ketika hari lebaran semakin dekat dan berhari raya jauh dari keluarga... lebaran adalah saat dimana awan itu pecah dan memuntahkan berton-ton air yang dimilikinya... tanah becek tercipta dan bahkan banjir bandang akan melanda dalam diri setiap para perantau... huhuhuu. Disanalah terkadang terasa seperti hidup sebatang kara dan seperti hidup dipadang tandus yang sepi... ohh betapa menyedihkan... -___-
Tidak hanya para perantau itu yang sedih kala tak bisa pulang kampung, mereka -mungkin ayah, ibu, istri, suami, saudara, anak, pujaan hati dan lain-lain- yang sedang menunggu dengan harap-harap cemas dirumah akan lebih terasa panas dingin ketika sang perantau tak kunjung pulang, apalagi sampai tak ada kabar. Melihat perantau lain yang dengan sumringah pulang dan disambut sanak keluarganya dengan suka cita disaat-saat hendak puasa atau ketika menjelang lebaran dan pasca lebaran, dan disisi lain yang ditunggu kedatangannya tak juga kunjung menunjukkan tanda-tanda akan pulang... membuat tubuh seperti panas dingin dan hati yang kalut menjadi teramat kalut... "ohh rindu kemana lagi akan ku cari obat penawarmu, kini rintihanku semakin horor saja, air yang tumpah dari mata ini sudah kering tinggal mata yang sayup tak lagi cerah" ... mungkin ini ratapan mereka yang menanti sang perantau yang tak juga pulang... (hehe lebayy dikit -__-). Tapi saya curiga -walau hal ini rada lebay - jangan-jangan inilah yang dirasakan oleh Istri bang Toyib...!, bayangkan saja, tiga kali puasa dan tiga kali lebaran, bang Toyib tak pulang-pulang juga... sampai-sampai anaknya memanggil-manggil namanya.
Saya tidak tahu bagaimana rasanya jadi Istri bang Toyib, yang jelas saya maupun siapa aja yang mendengar kisahnya akan sama membenarkan bahwa Istri bang Toyib benar-benar sedang dilanda rindu yang tak tak terperi... Ohya saya lupa mengatakan bahwa, jangan-jangan bang Toyib juga adalah satu dari sekian para perantau yang belum berhasil di perantauan atau juga mungkin dia sudah menemukan hidup yang baru di rantau, sehingga enggan untuk mudik...ahh entahlah, itu #BukanUrusanSaya. hehehe
Konon, lantaran kabar bahwa bang Toyib tidak pulang-pulang, padahal sudah tiga kali puasa dan tiga kali lebaran dia pergi merantau, maka nama bang Totib pun menjadi julukan bagi siapa saja yang tidak pernah atau lama tak mudik atau pulang kampung... tidak peduli apa motif tidak pulang kampungnya para perantau itu. hehe... bahkan mereka yang merantau ke daerah orang untuk melanjutan studi (kuliah) dan tidak pulang-pulang, maka dengan sendirinya dia bisa dapat julukan bang Toyib... -___- (Saya adalah orang yang tidak setuju dengan penjulukan yang tak mempedulikan motif itu).
Saya, adalah satu dari sekian mahasiswa yang punya potensi besar mendapat julukan "BANG TOYIB"... bahkan dengan melihat lamanya saya tidak pulang kampung dari negeri jawa ini (Jogja), saya sebenarnya sudah mengalahkan Bang Toyib !, saya sudah hampir 4 kali puasa dan 4 kali lebaran plus hari raya idul adha tidak mudik -_- . Maka kisah saya tentu lebih miris dari bang Toyib, TAPI hanya dalam hal lama tidak pulangnya, selebihnya saya kira saya baik-baik saja. hehehe
Maka saya menolak untuk mendapat julukan bang Toyib dan seperti sudah saya sebut diatas, bahwa Saya adalah orang yang tidak setuju dengan penjulukan yang tak mempedulikan motif kenapa seorang perantau belum juga mudik. :D
Saya jauh berbeda dari bang Toyib dalam hampir segala hal, kecuali lama tidak pulangnya -_-. Bang Toyib merantau untuk mencari nafkah buat keluarga, sedangkan saya merantau untuk melanjutkan studi. Bang Toyib tidak jelas targetan kapan harus mudik, saya jelas punya targetan bahwa tahun 2016 awal saya sudah mudik. Bang Toyib punya tanggungan istri dan anak yang harus dinafkahi, saya jangankan anak, istri aja belum ada -_-. Bang Toyib adalah kepala rumah tangga yang menahkodai sebuah rumah tangga, sehingga ketiadaan dia tentu akan sangat berefek pada stabilitas sebuah rumah tangga, sedangkan saya -seperti sudah saya katakan- saya belum punya istri, sehingga tidak ada bahtera yang terancam karena saya lalai menahkodai. Bang Toyib mungkin tidak punya targetan akan seperti apa dalam jangka waktu tertentu, saya punya targetan itu !. Ada sederet perbedaan-perbedaan lainnya yang semakin menguatkan argumentasi bahwa "SAYA BUKAN BANG TOYIB !"
Siapapun kamu yang merantau untuk melanjutkan studi dan yang tidak pernah pulang sampai ketika lulus nanti... maka saya katakan kita adalah orang-orang hebat ! kita adalah perantau sejati ! kita adalah pemuda-pemudi yang punya mimpi besar dan INGAT ! KITA BUKAN BANG TOYIB ! Hehehehe
Yogyakarta, 18/06/'15
Sudut kamar yang lusuh: Komsat.KAMMI