Saya banyak meluangkan waktu untuk membaca dan melihat perkembangan politik di Indonesia, termasuk juga bagaimana segi tiga timpang (state, private sector dan civil society organization/CSO) yang menjadi komponen penting dalam sebuah negara menjadi demikian tidak seimbang di Indonesia, terutama CSO yang belakangan pasca ORDE BARU seperti kehilangan kekuatan sebagai penekan dan penyeimbang dua komponen lainnya.
Di tengah CSO yang lemah atau boleh jadi terlemahkan, state dan private sector menjadi dua kekuatan yang justeru berselingkuh, sehingga lahirlah apa yang disebut korporatokrasi. Rakyat kecil akhirnya menjadi yang paling sial karena menjadi tumbal perselingkuhan itu.
Terlepas dari semua itu, kita membaca dalam sejarah, bahwa sebetulnya kekacauan di dalam kekuasan dan persekongkolannya dengan private sector, sudah terjadi jauh sebelum reformasi, saling sikut dan jegal dalam pusat kekuasaan dan pembonsaian kekuatan-kekuatan sipil (terutama identitas tertentu) sudah bukan sesuatu yang asing.
Tersebutlah CSIS sebagai lembaga think tank ORDE BARU pada awalnya, punya peran besar dalam keputusan-keputusan politik yang terjadi di ORDE BARU, sebelum akhirnya muncul ICMI di awal tahun 90an menggeser CSIS. Belakangan, banyak yang menuding bahwa gejolak politik hari-hari ini juga tidak lepas dari orang-orang CSIS, para alumni kasebul dan pengusaha-pengusaha yang berskongkol dengan mereka. Namun saya kira, kita dapat mencari informasi lebih lanjut tentang ini.
Saya memiliki kumpulan tulisan yang dapat dibaca untuk mengetahui apa itu CSIS, Kasebul dan juga para pengusaha pendukungnya. Buku atau lebih tepatnya kliping-kliping pengetahuan tentang CSIS, pengusaha dan kasebul ini kiranya penting ditelaah sebagai bahan diskusi untuk membicarakan dan membaca apa sebetulnya yang terjadi di negara Indonesia.
Silahkan klik link di bawah untuk mendownload.
1) Buku Hitam CSIS
2) Christian Mission in Post-Independence Indonesia