Filsafat akhirnya lahir untuk mencari makna dan hakikat segala sesuatu yang merdeka dari mitos. Filosof Yunani yang turut menyumbangkan ide tentang asal kejadian ini adalah Aristoteles. Dia mengemukakan teori yg kita kenal dengan kausalitas, yaitu teori sebab-akibat; bahwa segala sesuatu yg terjadi (akibat) pasti diawali oleh suatu sebab. Seperti, bumi ini ada, tentu ada suatu kekuatan yg mengadakannya. Ada suatu sebab yang mengakibatkan adanya bumi, dan di atas sebab-akibat, yang paling tertinggi adalah Kausa Prima, yakni sesuatu yang tak bersebab, tetapi Dia lah penyebab segala akibat. Saya tidak akan jauh membahas persoalan ini, ini hanya pengantar saja, untuk menjadi penguatan inti pembahasan dalam tulisan ini.
Menyangkut soal sebab-akibat, pun sangat berkaitan erat dengan persoalan kasih sayang. Jamak orang menginginkan kasih sayang yang instan dari orang lain, tanpa memedulikan apakah mereka sudah pula memberikan kasih sayang kepada orang lain. Padahal tidak ada kasih sayang yang instan, harus ada usaha menyayangi terlebih dahulu untuk juga mendapatkan kasih sayang.
Aqro' bin Habis pernah ditegur Rasulullah. Ceritanya, suatu ketika Rasulullah sedang duduk bersama cucunya dan mencium cucunya tersebut, di samping Rasulullah ada seorang sahabat, Aqro' bin Habis namanya. Rupanya Aqro' heran melihat sikap Rasulullah kepada cucunya, sehingga dia berkata pada Rasulullah, bahwa dari dari sepuluh orang anaknya, tak satu pun pernah diciumnya. Mendengar pengakuan itu, Rasulullah menatapnya, kemudian berkata: "man laa yarham laa yurham", siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi. Itu lah sebab-akibat.
Maka dalam kondisi di mana seseorang tak kunjung disayangi orang lain; anaknya, muridnya, kawannya, atau tetangganya misalnya. Maka harusnya dia tidak menghakimi orang-orang tersebut dengan asumsi-asumsinya sendiri, baiknya introspeksi diri, karena boleh jadi dia lah yang tidak pernah atau mungkin tidak tulus memberikan kasih sayang kepada orang lain. Kasih sayang itu akibat dan juga sebab itu sendiri, seseorang harus menjadikannya sebab agar kasih sayang tersebut berbuah akibat, jangan hanya bermimpi kasih sayang menjadi akibat saja.
Sehingga memang, setiap orang harus menjadi penyayang terlebih dahulu, bukan menjadi penunggu dan penuntut kasih sayang. Dengan begitu, bukan tidak mungkin, kasih sayang akan menjadi karakter dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berteman dan dalam lingkup yang lebih luas lagi.