Fetching data...

Saturday, 12 September 2015

Syahadatain

Makna Syahadatain

Hal pertama yang terpenting dalam Islam adalah pengakuan, kesaksian dan sikap membenarkann apa yang menjadi hal paling ushul dalam agama Islam. Karena itulah wujud paling awal dari keimanan seseorang. Di dalam dua pengakuan paling dasar dan utama adalah bahwa mengakui tidak ada yang pantas disembah selain hanya Allah serta dengan sepenuh hati kita mengakui dan membenarkan bahwa Muhammad bin Abdullah adalah utusan Allah. Inilah yang disebut dengan Syahadatain atau dua kalimat syahadat. Kalimat ini menjadi bukti paling awal dari keimanan seorang muslim, bahwa dia mengakui dalam hati, kemudian diucapkannya dengan lisan dan diwujudkan dalam perbuatan keseharian.

Ada hal penting yanng dapat kita pahami dari dua kalimat syahadat ini, kalimatnya pendek namun memiliki arti yang sangat luas, lugas dan tegas. “Asyhadu anlaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rhasuulullah”. Inilah kalimat yang menjadi gerbang pertama bagi siapapun yang hendak masuk ke dalam agama yang benar; Islam. Persaksian bahwa tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Azza wa jalla. Ini juga menjadi suatu keniscayaan untuk meniadakan sikap bergantung, cenderung, berharap dan sikap tunduk pada apapun selain hanya kepada Allah semata. Ini adalah wujud penyerahan diri yang sesungguh-sungguhnya pada Allah dan menjadikan Allah sebagai alasan dari semua aktivitas dalam kehidupan ini serta menjadikan-Nya sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup di dunia. Ada dua rukun yang terkandung di dalam syahadat yang pertama ini, yaitu An-Nafyu atau peniadaan dan Al-Isbat (penetapan). Kalimat "Laa ilaha" membatalkan/meniadakan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah. Kalimat  "illallah" juga menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.  Makna dua rukun ini disebut oleh Allah dalam firman-Nya yang agung dakam QS. Al-Baqarah:256; "Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat kuat...”.  kalimat "siapa yang ingkar kepada thaghut" adalah makna dari rukun “Laa ilaaha illallah” yang pertama. Sedangkan kalimat "dan beriman kepada Allah" adalah merupakan makna dari rukun yang kedua.  Hal ini senada pula dengan firman Allah lainnya dalam QS. Az-Zukhruf ayat 26-27; “Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku ...". Kalimat "Sesungguhnya aku berlepas diri" ini adalah makna peniadaan. Sedangkan kalimat "Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku” adalah makna penetapan dari rukun yang kedua. 

Persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah, putra suku quraisy. Merupakan penyampai risalah dari Allah, seorang utusan Allah yang membawa firman-firman Allah dalam agama yang agung agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Bersaksi atas kerasulan Muhammad berarti kita dengan sungguh-sungguh membenarkan apa yang diucapkannya dan apa yang diajarkannya. Kita mengakui bahwa segala ucapannya, perbuatannya dan ketetapannya menjadi salah satu sumber hukum dalam agama Islam. Sehingga dengan begitu, kita mengakui dengan sepenuh hati serta keimanan yang mendalam bahwa al-Qur’an adalah merupakan firman Allah azza wa jalla yang diisampaikan melalui perantaraan malaikat jibril kepada Muhammad untuk kemudian disampaikan kepada semua alam, serta semua perkataan Nabi, perbuatannya serta ketetapannya tidak lain tercipta atas bimbingan langsung dari Allah.

Mengakui bahwa Allah adalah Tuhan dan Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah yang paling akhir, adalah merupakan hal paling mendasar yang harus diakui terlebih dahulu oleh setiap muslim, sebelum akhirnya manifestasi dari pengakuan itu akan terwujud dalam hidup kita, yaitu bagaimana kita hidup dan untuk apa kita hidup.

Urgensi Syahadatain

            Ibarat pohon, maka hal yang paling vital dari sebuah pohon adalah akar, bukan daun, ranting, batang, kulit atau yang lainnya. Sehijau apapun daunnya, sekeras apapun kulitnya, sebanyak apapun rantingnya serta sebesar apapun batang dari sebuah pohon, jika akarnya tidak kuat pasti pohon itu akan tumbang dengan sendirinya. Berbeda halnya  jika akarnya kuat dan kokoh menghujam ke dalam bumi, walau daun pohon itu sudah berguguran, rantingnya kering, kulitnya tak lagi sekeras pada awalnya serta batang yang tak lagi segar seperti semulanya, pohon itu tidak akan pernah tumbang walau diterpa angin setiap harinya. Akar memainkan peran yang sangat penting sekali untuk keberlangsungan hidup serta kokohnya sebuah pohon.

           Syahadatain dapat kita ibaratkan akar dari sebuah pohon sebagaimana yang telah digambarkan diatas. Semua bermula dari akar itu dan pada akhirnya berakhir pun pada akar itu tadi. Maka sangat penting bagi setiap orang untuk bersyahadat, membenarkan syahadatnya serta menjaganya. Hal paling mendasar ini pula yang harus benar-benar diyakini oleh setiap muslim sebagai bentuk pemasangan pondasi awal dalam merancang hidup yang lebih baik, yang orientasinya adalah akhirat. Gagal dalam membangun syahadat, maka akan rusak semua amalan dalam kehidupan setiap manusia. Tanpa syahadat semua hanya nihil belaka dan tidak memiliki ruh apa-apa. Syahadatlah yang akhirnya membuat semua menjadi bernilai ibadah, menjadikan semua berjalan pada rel yang semestinya dan pada akhirnya menjadi sebab diridhoinya hidup seseorang. Rusaknya syahadat adalah petaka bagi hidup seseorang, baik tidaknya hidup seseorang tergantung baik tidaknya syahadatnya.

       Konsekuensi dari syahadat adalah bahwa kita harus tunduk dan patuh pada perintah dan larangan dalam agama. Sehingga kita faham bahwa kita hidup adalah karna kita memang sengaja Allah ciptakan untuk kita beribadah dan menyembah kepada Allah, kita akhirnya sadar bahwa hidup tidaklah bebas sebebas-bebasnya, hidup punya aturan dan cara mainnya sendiri. Ada aturan yang harus kita patuhi, ada rambu yang menjadi petunjuk kita dalam hidup, sehingga kita benar-benar hidup dengan cara yang benar, serta kita tahu apa hakikat hidup ini.


Realisasi Syahadatain dalam Gerakan

            Syahadat adalah kunci dari setiap amal perbuatan kita, syahadat juga yang kemudian menjadi tolak ukur bagi nilai suatu amal atau gerakan. Ruh suatu gerakan akan terasa jika syahadatain benar-benar menjadi pondasi awal dari bangunan gerakan itu. Maksudnya adalah bahwa menjadikan firman Allah dan tuntunan Rasulnya sebagai penentu arah dari gerakan, sehingga ada semangat/ghirah yang benar-benar tumbuh karena Allah dan atas teladan  Rasul-Nya. Rumusnya tetap sama, jika baik syahadat dalam gerakan/harokah maka akan baik pula cara kerja dan hasil akhir dari kerja-kerja gerakan.

            Ada hal yang tidak kalah penting, bahwa ada cara pandang yang berbeda ketika syahadatain direalisasikan dalam gerakan. Karena ingat bahwa, cara pandanglah yang kemudian sangat berpengaruh besar terhadap sikap kita dalam gerakan, bagaimana gerakan kita dan apa tujuan suatu gerakan. Banyak gerakan yang kemudian terasa gersang dan miskin ruh perjuangan, sebab tidak ada nilai dari makna syahadatain yang dibawa dan diperjuangkan. Maka syahadatain ini akan mampu memberikan cara pandang terhadap suatu gerakan, yaitu bahwa gerakan tidak boleh lepas dari semangat dakwah, yakni amar ma’ruf nahi munkar. Apapun yang menjadi bentuk gerakannya, sejatinya tidak lain untuk berdakwah. Dan dengan cara pandang seperti ini, maka ada dimensi akhirat yang selalu dibawa, yaitu bahwa semua perjuangan atau hidup ini ada akhirnya. Yang mana pada akhir dari hidup ini, ketika semua telah mati dan dibangkitkan lagi, semua perbuatan, perjuangan dan gerakan kita akan dipertanggung jawabkan di pengadilan akhirat. Sehingga dengan syahadatain ini, gerakan benar-benar berusaha berjalan pada rel yang benar dan punya semangat dakwah serta ruh yang menjadikan gerakan itu terasa lebih segar.

Wallahua’lam bis shawab



Load comments

Ads 970x90