Hal pertama yang terpenting dalam Islam adalah pengakuan, kesaksian
dan sikap membenarkann apa yang menjadi hal paling ushul dalam agama Islam.
Karena itulah wujud paling awal dari keimanan seseorang. Di dalam dua pengakuan
paling dasar dan utama adalah bahwa mengakui tidak ada yang pantas disembah
selain hanya Allah serta dengan sepenuh hati kita mengakui dan membenarkan bahwa
Muhammad bin Abdullah adalah utusan Allah. Inilah yang disebut dengan Syahadatain
atau dua kalimat syahadat. Kalimat ini menjadi bukti paling awal dari
keimanan seorang muslim, bahwa dia mengakui dalam hati, kemudian diucapkannya
dengan lisan dan diwujudkan dalam perbuatan keseharian.
Ada hal penting yanng dapat kita pahami dari dua kalimat syahadat
ini, kalimatnya pendek namun memiliki arti yang sangat luas, lugas dan tegas. “Asyhadu
anlaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rhasuulullah”. Inilah
kalimat yang menjadi gerbang pertama bagi siapapun yang hendak masuk ke dalam
agama yang benar; Islam. Persaksian bahwa tidak ada yang berhak disembah dan
menerima ibadah kecuali Allah Azza wa jalla. Ini juga menjadi suatu keniscayaan
untuk meniadakan sikap bergantung, cenderung, berharap dan sikap tunduk pada
apapun selain hanya kepada Allah semata. Ini adalah wujud penyerahan diri yang
sesungguh-sungguhnya pada Allah dan menjadikan Allah sebagai alasan dari semua
aktivitas dalam kehidupan ini serta menjadikan-Nya sebagai tujuan akhir dari
perjalanan hidup di dunia. Ada dua rukun yang terkandung di dalam syahadat yang
pertama ini, yaitu An-Nafyu atau
peniadaan dan Al-Isbat (penetapan). Kalimat "Laa ilaha" membatalkan/meniadakan
syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa
yang disembah selain Allah. Kalimat
"illallah" juga menetapkan
bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan
sesuai dengan konsekuensinya. Makna dua rukun ini
disebut oleh Allah dalam firman-Nya yang agung dakam QS. Al-Baqarah:256; "Karena
itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada Allah,
makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat kuat...”. kalimat "siapa
yang ingkar kepada thaghut" adalah makna dari rukun “Laa ilaaha
illallah” yang pertama. Sedangkan kalimat "dan beriman kepada Allah"
adalah merupakan makna dari rukun yang kedua.
Hal ini senada pula dengan firman Allah lainnya dalam QS. Az-Zukhruf
ayat 26-27; “Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah,
tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku ...". Kalimat "Sesungguhnya aku berlepas diri" ini
adalah makna peniadaan. Sedangkan kalimat "Tetapi (aku menyembah) Tuhan
yang menjadikanku” adalah makna penetapan dari rukun yang kedua.
Persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah, putra suku quraisy.
Merupakan penyampai risalah dari Allah, seorang utusan Allah yang membawa
firman-firman Allah dalam agama yang agung agar menjadi rahmat bagi seluruh
alam. Bersaksi atas kerasulan Muhammad berarti kita dengan sungguh-sungguh
membenarkan apa yang diucapkannya dan apa yang diajarkannya. Kita mengakui
bahwa segala ucapannya, perbuatannya dan ketetapannya menjadi salah satu sumber
hukum dalam agama Islam. Sehingga dengan begitu, kita mengakui dengan sepenuh
hati serta keimanan yang mendalam bahwa al-Qur’an adalah merupakan firman Allah
azza wa jalla yang diisampaikan melalui perantaraan malaikat jibril kepada
Muhammad untuk kemudian disampaikan kepada semua alam, serta semua perkataan
Nabi, perbuatannya serta ketetapannya tidak lain tercipta atas bimbingan
langsung dari Allah.
Mengakui bahwa Allah adalah Tuhan dan Muhammad adalah Nabi dan
Rasul Allah yang paling akhir, adalah merupakan hal paling mendasar yang harus
diakui terlebih dahulu oleh setiap muslim, sebelum akhirnya manifestasi dari
pengakuan itu akan terwujud dalam hidup kita, yaitu bagaimana kita hidup dan
untuk apa kita hidup.
Urgensi
Syahadatain
Ibarat
pohon, maka hal yang paling vital dari sebuah pohon adalah akar, bukan daun,
ranting, batang, kulit atau yang lainnya. Sehijau apapun daunnya, sekeras
apapun kulitnya, sebanyak apapun rantingnya serta sebesar apapun batang dari
sebuah pohon, jika akarnya tidak kuat pasti pohon itu akan tumbang dengan
sendirinya. Berbeda halnya jika akarnya
kuat dan kokoh menghujam ke dalam bumi, walau daun pohon itu sudah berguguran,
rantingnya kering, kulitnya tak lagi sekeras pada awalnya serta batang yang tak
lagi segar seperti semulanya, pohon itu tidak akan pernah tumbang walau diterpa
angin setiap harinya. Akar memainkan peran yang sangat penting sekali untuk
keberlangsungan hidup serta kokohnya sebuah pohon.
Syahadatain dapat kita ibaratkan
akar dari sebuah pohon sebagaimana yang telah digambarkan diatas. Semua bermula
dari akar itu dan pada akhirnya berakhir pun pada akar itu tadi. Maka sangat
penting bagi setiap orang untuk bersyahadat, membenarkan syahadatnya serta
menjaganya. Hal paling mendasar ini pula yang harus benar-benar diyakini oleh
setiap muslim sebagai bentuk pemasangan pondasi awal dalam merancang hidup yang
lebih baik, yang orientasinya adalah akhirat. Gagal dalam membangun syahadat,
maka akan rusak semua amalan dalam kehidupan setiap manusia. Tanpa syahadat
semua hanya nihil belaka dan tidak memiliki ruh apa-apa. Syahadatlah yang
akhirnya membuat semua menjadi bernilai ibadah, menjadikan semua berjalan pada
rel yang semestinya dan pada akhirnya menjadi sebab diridhoinya hidup
seseorang. Rusaknya syahadat adalah petaka bagi hidup seseorang, baik tidaknya
hidup seseorang tergantung baik tidaknya syahadatnya.
Konsekuensi dari syahadat adalah
bahwa kita harus tunduk dan patuh pada perintah dan larangan dalam agama. Sehingga
kita faham bahwa kita hidup adalah karna kita memang sengaja Allah ciptakan
untuk kita beribadah dan menyembah kepada Allah, kita akhirnya sadar bahwa
hidup tidaklah bebas sebebas-bebasnya, hidup punya aturan dan cara mainnya
sendiri. Ada aturan yang harus kita patuhi, ada rambu yang menjadi petunjuk
kita dalam hidup, sehingga kita benar-benar hidup dengan cara yang benar, serta
kita tahu apa hakikat hidup ini.
Realisasi
Syahadatain dalam Gerakan
Syahadat
adalah kunci dari setiap amal perbuatan kita, syahadat juga yang kemudian
menjadi tolak ukur bagi nilai suatu amal atau gerakan. Ruh suatu gerakan akan
terasa jika syahadatain benar-benar menjadi pondasi awal dari bangunan gerakan
itu. Maksudnya adalah bahwa menjadikan firman Allah dan tuntunan Rasulnya
sebagai penentu arah dari gerakan, sehingga ada semangat/ghirah yang
benar-benar tumbuh karena Allah dan atas teladan Rasul-Nya. Rumusnya tetap sama, jika baik
syahadat dalam gerakan/harokah maka akan baik pula cara kerja dan hasil akhir
dari kerja-kerja gerakan.
Ada hal yang tidak kalah penting,
bahwa ada cara pandang yang berbeda ketika syahadatain direalisasikan dalam
gerakan. Karena ingat bahwa, cara pandanglah yang kemudian sangat berpengaruh
besar terhadap sikap kita dalam gerakan, bagaimana gerakan kita dan apa tujuan
suatu gerakan. Banyak gerakan yang kemudian terasa gersang dan miskin ruh
perjuangan, sebab tidak ada nilai dari makna syahadatain yang dibawa dan
diperjuangkan. Maka syahadatain ini akan mampu memberikan cara pandang terhadap
suatu gerakan, yaitu bahwa gerakan tidak boleh lepas dari semangat dakwah,
yakni amar ma’ruf nahi munkar. Apapun yang menjadi bentuk gerakannya, sejatinya
tidak lain untuk berdakwah. Dan dengan cara pandang seperti ini, maka ada
dimensi akhirat yang selalu dibawa, yaitu bahwa semua perjuangan atau hidup ini
ada akhirnya. Yang mana pada akhir dari hidup ini, ketika semua telah mati dan
dibangkitkan lagi, semua perbuatan, perjuangan dan gerakan kita akan
dipertanggung jawabkan di pengadilan akhirat. Sehingga dengan syahadatain ini,
gerakan benar-benar berusaha berjalan pada rel yang benar dan punya semangat dakwah
serta ruh yang menjadikan gerakan itu terasa lebih segar.
Wallahua’lam bis shawab